KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Wakil Ketua Asperindo (Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Indonesia), Budi Paryanto memandang saat ini segmen e-commerce dalam pasar logistik masih cukup dominan, yakni sebesar 60%-70%.
Budi menyatakan, berdasarkan survei Frost & Sullivan pertumbuhan bisnis logistik di Indonesia dalam lima tahun terakhir telah bertumbuh sebesar 13%-14% per tahunnya. Sementara mengacu pada data World Bank dan kajian dari Frost & Sullivan, pada 2017 lalu angka logistik Indonesia mencapai lebih dari Rp 200 triliun dari berbagai sektor terkait di industri logistik seperti transportasi, warehouse, dan e-commerce.
“Pasar logistik dalam negeri masih cukup dominan meski ini hanya dinikmati oleh mungkin tidak lebih dari 10% pelaku industri logistik. Segmen besar lain yang ada dalam pusaran bisnis logistik adalah segmen telekomunikasi, elektronik, dan UMKM. Transaksi bisnis juga meningkat, dan memang sebagian besar dari kontribusi e-commerce. Sedangkan yang reguler atau general cargo cenderung stuck,” jelas Budi kepada Kontan, Kamis (10/10).
Budi melanjutkan, pemain bisnis logistik saat ini banyak melayani e-commerce dari luar negeri yang memiliki nilai kapital besar.
Sementara itu, ia melihat titik kelemahan yang ada pada bisnis logistik terletak pada belum adanya regulasi yang mengatur penggunaan dan pemanfaatan infrastruktur logistik yang lebih efektif dan efisien.
Pemain dalam industri logistik juga dibagi dalam dua kelompok, yakni pelaku yang dibawahi Asperindo dan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI).
“Setahu saya Kemenkominfo itu menerbitkan ijin sekitar 470 an untuk pelaku bisnis logistik. Yang bergabung di Asperindo hanya 300 anggota, berarti masih ada yg di luar. Kalau ALFI anggotanya lebih banyak, lebih dari 3000 anggota di seluruh Indonesia,” lanjutnya.
Budi melanjutkan, bentuk perizinan yang didapatkan pelaku bisnis logistik pun ada yang berjenis multimoda dan pergudangan.
“Saat ini pemain e-commerce juga ada kecenderungan untuk menangani sendiri pengirimannya, seperti Firstmile sampai Lastme, lalu Lazada. Bahkan armada pesawat juga ikut-ikutan, seperti Garuda dan Lion Air,” pungkasnya.